Analisis Gender
Makalah
ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Relasi Gender Dalam Agama-Agama
Dosen Pembimbing:
Siti Nadroh
Oleh:
Angga
Marzuki (1110034000013)
M.
Fadlurrohman (11100340000
FAKULTAS
USHULUDDIN
JURUSAN
TAFSIR-HADIS
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
A.
Definisi
dan Konsep Analisis Gender
Analisis gender dapat diartikan sebagai alat
analisis; yaitu konsep yang digunakan untuk mengenali adanya ketidakadilan
dibalik perbedaan relasi sosial laki-laki dan perempuan, seperti diskriminasi,
subordinasi, marginalisasi, violence, double burden[1].
Analisis gender dianggap sebagai analisis kritisi
baru yang memfokuskan perhatiannya pada relasi sosial antara laki-laki dan
perempuan, terutama pada ketidakadilan struktur dan sistem yang disebabkan oleh
gender. Oleh karena itu alat analisis gender dapat dipahami sebagai konsep yang
digunakan untuk mengenali adanya ketidakadilan dibalik perbedaan relasi sosial
laki-laki dan perempuan.
Tugas utama analisis gender adalah memberi makna,
konsep, sumsi, dan ideologi pada praktek hubungan baru antara kaum laki-laki
dan perempuan, serta implikasinya terhadap kehidupan sosial yang lebih luas
(mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, dan kultural), yang tidak dilihat oleh
teori ataupun oleh analisis sosial lainnya.
Kegunaan analisis gender adalah memberi dasar dalam
melakukan transformasi sosial untuk mewujudkan tata kehidupan baru yang lebih
baik, melalui relasi sosial baru yang lebih adil.
Analisis gender dapat diartikan sebagai proses
menganalisis data dan informasi untuk mengindentifikasi, mengungkap kedudukan,
fungsi, peran, dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan, faktor-faktor yang
mempengaruhi serta dampak pembudayaannya dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat.
Kegunaan analisis gender praksis ini adalah untuk
menyusun dan menetapkan kebijakan atas program yang responsive gender sesuai
situasi dan kondisi riil.
B.
Teknik-teknik
Analisis Gender
Teknik analisis gender adalah suatu
rangkaian proses kegiatan yang dimulai dari usaha untuk mengetahui latar
belakang dan sebab-sebab terjadinya kesenjangan sampai pada upaya pemecahan
masalah dan menyampaikan cara/langkah tindak untuk menghilangkan atau
mengurangi adanya kesenjangan dan dalam rangka mencapai persamaan kedudukan dan
peranan laki-laki dan perempuan.
Penggunaan teknik analisis gender ini
harus disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Peranan majemuk
dan kebutuhan gender, relevan dengan pendekatan moser. Pemberdayaan perempuan,
relevan dengan pendekatan longwe. Profil gender, relevan dengan pendekatan
harvard, dll.
Berikut adalah teknik-teknik analisis
gender:
a.
Teknik
Harvard
Kerangka Analisis Harvard, disebut juga
Kerangka Analisis Peran Gender, adalah kerangka analisis gender yang
dikembangkan oleh Harvard Institute for International Development, AS yang
bekerjasama dengan USAID dan dipublikasikan tahun 1985 pada saat dimana sangat
populer “pendekatan efisiensi” di era
Perempuan dalam Pembangunan (Women
in Development). [2]
Tujuan dari kerangka analisis gender ini adalah
untuk menunjukkan bahwa ada persoalan ekonomi dalam alokasi sumberdaya baik
bagi perempuan maupun laki-laki. Alat
ini bertujuan untuk menolong para perencana program mendisain program atau
proyek lebih efisien dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan yaitu
dengan melakukan pemetaan peran dan sumber-sumber daya yang dimiliki perempuan
dan laki-laki dalam komunitas dan dengan memberikan perhatian khusus pada
perbedaan utamanya masing-masing.
Kerangka analisis gender Harvard lebih
concern dengan membuat pembagian kerja gender (division of labour), peran dalam pengambilan keputusan, tingkat
control atas sumberdaya yang kelihatan.
Sebagai konsep dan alat, ini dibutuhkan
data detail bagi perencanaan gender. Implikasi perencanaan program terhadap
gender perempuan adalah diperlukan analisis yang menutupi bolong (gaps) pada
level beban kerja, pengambilan keputusan dsb antara perempuan dan laki-laki.
Tiga data set utama yang diperlukan:
1. Siapa
melakukan apa, kapan, di mana, dan berapa banyak alokasi waktu yang diperlukan?
Hal ini dikenal sebagai kontrol (seperti pembuatan kebijakan) atas sumber daya
tertentu? Hal ini kerap dikenal dengan “Profil Akses dan Kontrol” Siapa yang
memeliki akses dan kontrol atas “benefit” seperti produksi pangan, uang dsb?
2. Faktor
yang mempengaruhi perbedaan dalam pembagian kerja berbasis gender, serta akses
dan kontrol yang ada pada “profil aktifitas” dan “profil akses dan kontrol”.
Tujuan dari alat analisis ini adalah:
• Membedah
alokasi sumberdaya ekonomis terhadap laki-laki dan perempuan
• Membantu
perencana proyek untuk lebih efisien dan meningkatan produtifitas secara keseluruhan
Tabel 1. Alat Profil Aktifitas
Aktifitas
|
Perempuan
|
Laki-laki
|
Aktifitas produksi
·
Pertanian
·
Livelihood
·
Pekerjaan
·
Peternakan
·
Perikanan
·
Dsb
|
|
|
Aktifitas reproduksi
·
Mengambil air
·
Pemenuhan energi KK
·
Penyiapan makanan
·
Menjaga anak
·
Kesehatan
·
Membersihkan rumah
·
Memperbaiki rumah
·
Belanja/jual di/ke Pasar
|
|
|
Catatan: Parameter lainnya perlu juga dilihat namun bergantung dari
konteks:
·
Gender dan dominasi umur: indetifikasi yang lebih jelas soal perempuan
dewasa, laki-laki dewasa, anak-anak, dan/atau orang tua yang melakukan
aktifitas tertentu
·
Alokasi waktu: perlu dihitung prosentasi alokasi waktu untuk tiap aktifitas
dan apakah dilakukan secara harian atau kadang-kadang?
·
Lokus aktifitas: perlu dilihat secara jeli di mana suatu kegiatan dilakukan
supaya bisa melihat peta mobilitas penduduk.
Tabel 2. Profil Akses dan Kontrol atas sumber daya dan benefit
|
Akses
|
Kontrol
|
||
Perempuan
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Laki-laki
|
|
Sumber daya
·
Tanah
·
Alat produksi
·
Tenaga kerja
·
Cash/uang
·
Pendidikan
·
Pelatihan
·
Tabungan
·
Dll
|
|
|
|
|
Benefit
·
Aset kepemilikan
·
Non pendapatan
·
Kebutuhan dasar
·
Pendidikan
·
Kekuasaan politis
·
Dll
|
|
|
|
|
Tabel 3. Faktor saling pengaruh antara “profil aktifitas” dan “profil akses
dan kontrol”.
Faktor Pengaruh
|
Hambatan (constraints)
|
Kesempatan (opportunities)
|
Norma-norma dan hierarki
sosial
|
|
|
Faktor demografi
|
|
|
Struktur kelembagaan
|
|
|
Faktor ekonomi
|
|
|
Faktor politik
|
|
|
Parameter hukum
|
|
|
Training
|
|
|
Sikap komunitas terhadap
pihak luar spt LSM?
|
|
|
Dll
|
|
|
Kekuatan/keutamaan
dari Kerangka Harvard:
·
Praktis dan mudah digunakan khususnya pada analisis mikro
yakni level komunitas dan keluarga
·
Berguna untuk baseline informasi yang detail
·
Fokus pada hal-hal yang kasat mata, fakta objektif, fokus
pada perbedaan gender dan bukan pada kesenjangan
·
Gampang dikomunikasikan pada pemula/awam
Keterbatasan:
·
Tidak ada fokus pada dinamika relasi kuasa dan
kesenjangan (inequality)
·
Tidak efektif untuk sumberdaya yang tidak kasat mata
seperti jaringan sosial dan sosial kapital
·
Terlalu menyederhanakan relasi gender yang kompleks,
kehilangan aspek negosiasi, tawar-menawar dan pembagian peran.
b.
Teknik
Moser
Dikembangkan oleh Caroline Moser[3]
pada tahun 1980an dari Development Planning Unit, University of London. Latar
Belakang lahirnya teknik ini salah satunya adalah pembangunan yang tidak adil
dari perspektif gender, kelas dan kelompok etnis, perempuan dari kelompok
pekerja miskin (umumnya berasal dari kelompok etnis tertentu) memikul 3 peran
(manajemen produksi, reproduksi dan masyarakat). Teknik ini menyodorkan konsep
kebutuhan praktis dan strategis. Bertujuan untuk meningkatkan akses dan kontrol
untuk sumberdaya material (tangible)
melalui organisasi masyarakat. Menitikberatkan pemberdayaan perempuan sebagai
suatu proses pengorganisasian perempuan dan yang secara ketat membutuhkan
konsep yang lebih tegas antara gender, kuasa dan negara. Rumah tangga dan
masyarakat sebagai ruang lingkup institusional.[4]
Tiga
konsep utama dari kerangka ini adalah:
Peran lipat tiga (triple roles)
perempuan pada tiga aras
1.
:kerja reproduksi, kerja produktif dan kerja komunitas. Ini berguna untuk
pemetaan pembagian kerja gender dan alokasi kerja[5]
2.
Berupaya untuk membedakan antara kebutuhan yang bersifat praktis dan
strategis bagi perempuan dan laki-laki. Kebutuhan strategis berelasi dengan
kebutuhan transformasi status dan posisi perempuan (spt subordinasi).
3.
Pendekatan analisis kebijakan – dari fokus pada kesejahteraan (welfare),
Kesamaan (equity), anti kemiskinan, effisiensi dan pemberdayaan atau dari WID
ke GAD.
Tabel 4: Tiga alat utama Kerangka Moser
Alat 1: Peran lipat tiga
(triple roles) Perempuan
|
A.
Kerja reproduksi perempuan
|
|
B.
Kerja Produktif
|
|
C.
Kerja komunitas
|
Alat
2: Gender need assessment
|
A.
Kebutuhan/kepentingan praktis
|
|
B.
Kebutuhan/kepentingan strategis
|
Alat 3: Gender
Disaggregated data - intra-household
|
Siapa
mengotrol apa dan siapa yang memiliki kekuasaan atas pengambilan keputusan?
|
Kekuatan/Keutamaan Kerangka Moser:
·
Mampu melihat kesenjangan perempuan dan laki-laki
·
Penekanan pada seluruh aspek kerja di mana membuat peranan ganda perempuan
terlihat
·
Menekankan dan mempertanyakan asumsi dibalik proyek-2 intervensi
·
Penekanan pada perbedaan antara memenuhi kebutuhan dasar-praktis dengan
kebutuhan strategis
Keterbatasan/Kelemahan Kerangka Moser:
·
Fokus pada perempuan dan laki-laki dan tidak pada relasi sosial
·
Tidak menekanakan aspek lain dari kesenjangan spt akses atas sumber daya
·
Jika ditanyakan, perempuan akan mengidentifikasikan kebutuhan praktisnya.
Menemukan ukuran-2 kebutuhan strategis sulit. Perubahan strategis adalah sebuah
proses yang kompleks dan kontradiktif. Dalam prakteknya, sesuatu yang praktis
dan strategis berkaitan erat.
·
Pendekatan kebijakan yang berbeda-2 bercampur dalam prakteknya
·
Kerja secara efektif lebih berfungsi sebagai alat analisis intervensi
ketimbang perencanaan.
Table 5. Perkembangan Pendekatan Kebijakan Gender (dari
Moser 1989)
Pendekatan
kebijakan
|
Tujuan
|
Implementasi
|
Asumsi
|
Kesejahteraan
(Welfare) 1950-1970, masih digunakan
|
Melibatkan
perempuan dalam kegiatan pembangunan semata-mata sebagai “ibu yang lebih
baik” dan ibu rumah tangga
|
Proyek-2
kesejahteraan social focus pada bantuan pangan, nutrisi spt. Ketrampilan
masak yang lebih tinggi, dan proyek-2 KB
|
-Perempuan
dilihat sebagai penyebab ketertinggalan
-peran
pasif perempuan dalam penelitian pertanian, SDA dan pembangunan
-Tidak
ada kaitan antara perempuan, gender dan isu strategis spt nutrisi, kesehatan
dan pangan
|
Kesamaan (Equity)
1975-1985, sangat
dipromosikan pada konferensi perempuan I
|
-upaya mensejajarkan
perempuan dalam pembangunan
-mempromosikan perempuan
sebagai peserta aktif dalam pembangunan
-menjawab masalah subordinasi
perempuan dalam pembangunan
|
Asalinya dikenal dengan
istilah ”Perempuan dalam pembangunan – WID/Women in Development” yang
dipromosikan pada permulaan dekade Perempuan PBB dan ”Nairobi Forward Looking
Strategies”
|
-pengakuan atas ”triple
roles” perempuan dalam pembangunan pada ranah rumah tangga, ekonomi dan
komunitas
-pengakuan bahwa perempuan
memiliki hak-hak dasar tapi juga kebutuhan strategis
-penelitian pertanian dan SDA
mulai mengakui peran lipat tiga dan kebutuhan strategis perempuan dalam
pembangunan
-perempuan mulai dilihat
sebagai korban pembangunan
|
Anti Kemiskinan
1970an
|
-untuk meningkatakan
produktifitas perempuan miskin
-pengentasan kemiskinan
melalui peningkatan produksi
|
Proyek-2 WID berubah fokus
pada proyek-2 income generating (IGA)
skala kecil, proyek-2 kerajinan tangan adalah tipikal “proyek perempuan”
|
-Prioritas utama pada
kerentanan dan marginalisasi ekonomi perempuan
-penelitian-2 pertanian dan
pembangunan mulai konsentrasi pada IGA perempuan tapi belum melihat
kepentingan strategis perempuan
|
Effisiensi
1980an
|
-mengentaskan kemiskinan
dengan meningkatkan efisiensi dalam penelitian dan pembangunan
-meningkatkan partisipasi
perempuan dalam penelitian dan pembangunan
|
-Proyek-2 WID berfokus pada
proyek-2 sektoral seperti perempuan dan kehutanan, perempuan dan perikanan
dsb.
-proyek-2 pembangunan masih
berkutat pada pemenuhan kebutuhan dasar perempuan
-beberapa proyek mulai
mengadopsi perspektif gender ketimbang berbicara semata tentang perempuan
|
-Perempuan diakui produktif
dalam pertanian dan management SDA.
-perempuan dilihat sebagai
solusi terhadap pembangunan; waktu mereka dilihat sebagai elastis
-relasi gender sebagai relasi
kuasa belum dikenali
-Pengarusutamaan isu
perempuan dan gender dalam pembangunan untuk efisiensi sumber daya proyek
|
Pemberdayaan
Akhir 1980an
|
-pemberdayaan perempuan
melalui hak yang lebih besar untuk menentukan nasip sendiri
-sub-ordinasi sebagai akibat
dari penindasan laki-2 tapi juga sistim yang meninda laki-2 terlebih
perempuan
|
Gender dan pembangunan
(GAD-gender and development) berfokus pada kebutuhan dasar dan strategis dan
kerap dipisahkan.
|
-pengakuan bahwa walaupun
fokus pada peran perempuan adalah penting, namun relasi dengan laki-2 dan
seluruh sistim politik dan ekonomi adalah sangat penting
-Perempuan sebagai agen
pembangunan dan agenda kolektif perempuan adalah penting
-Perlu dikaji ulang
penelitian dan pembangunan
|
c.
Teknik
Longwe
Sara Hlupekile Longwe memperkenalkan konsep isu-isu
perempuan. Menurut definisinya, isu-isu perempuan adalah mengenai persamaan
dengan laki-laki dalam setiap peran sosial dan ekonomi, dan mencakup setiap
tingkat persamaan (kesejahteraan, akses, penyadaran, partisipasi, kontrol).
Misalnya suatu isu menjadi isu perempuan ketika isu itu dilihat pada hubungan
antara laki-laki dan perempuan, dan bukan hanya melihat hal-hal yang berkaitan dengan peran gender
tradisional perempuan dan peran gender yang distereotipekan jenis kelamin
subordinat. Selain itu tingkat pemberdayaan perempuan menurut kerangka ini
dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat di mana sasaran proyek
benar-benar mempedulikan pembangunan perempuan berkenaan dengan apakah isu
perempuan (sebagaimana didefinisikan di atas berkenaan dengan persamaan
perempuan dengan laki-laki) diabaikan atau diakui. Dari sudut pandang ini
mungkin sekali untuk mengidentifikasi tiga tingkat pengakuan isu perempuan yang
berbeda dalam rancangan proyek.
Didesain oleh Sara Hlupekile Longwe, konsultan
gender dan pembangunan di Zambia[6].
Metode untuk mengubah sikap, menjelaskan peran pemberdayaan pada proses
pembangunan. Memikirkan bagaimana pemberdayaan perempuan dan makna persamaan
dalam praktek serta seberapa jauh suatu intervensi akan mendukung pemberdayaan.
Pemberdayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang memungkinkan perempuan
mengambil tempat yang sama dengan laki-laki, dan terlibat secara sama dalam
proses pembangunan untuk mencapai kontrol atas faktor-faktor produksi di atas
landasan yang sama dengan laki-laki.
Memiliki perspektif politik yang sangat kuat.
Pembangunan berarti mengatasi ketidaksamaan perempuan dengan laki-laki dalam
setiap bidang
Pembangunan
didefinisikan sebagai kemungkinan seseorang/sekelompok orang keluar dari kemiskinan
yang disebabkan karena penindasan dan eksploitasi.
Ada lima tingkat persamaan yang berbeda sebagai
landasan kriteria untuk menilai tingkat pemberdayaan perempuan dalam berbagai
bidang kehidupan sosial atau ekonomi, dimulai dari yang paling rendah:
kesejahteraan, akses, kesadaran, partisipasi, kontrol[7].
Tingkat persamaan ini berada dalam hubungan hirarkis, sehingga persamaan
kontrol lebih penting ketimbang persamaan kesejahteraan. Tingkat persamaan yang
lebih tinggi secara otomatis merupakan tingkat pembangunan dan pemberdayaan
yang lebih tinggi. Misalnya partisipasi yang sama dalam proses pembuatan
keputusan tentang sumberdaya tertentu adalah lebih penting berkenaan dengan
pemberdayaan perempuan ketimbang akses yang sama terhadap sumberdaya, dan juga
tidak sama pentingnya dengan kontrol yang sama.
d.
Teknik
SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi
internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan
sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal
meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan
(Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity)
dan tantangan (Treaths). Aspek Internal dan Eksternal tersebut dipertimbangkan
dalam kaitan dengan konsep strategis dalam rangka menyusun program aksi,
langkah-langkah/tindakan untuk mencapai sasaran maupun tujuan kegiatan dengan
cara memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan
ancaman sehingga dapat mengurangi resiko dan dapat meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan.
Contoh
Tabel Analisis SWOT
Eksternal
Internal
|
Opportunity
|
Treaths
|
Strenght
|
|
|
Weakness
|
|
|
DAFTAR
PUSTAKA
Candida March, Ines A. Smyth, Maitrayee Mukhopadhyay “A Guide to Gender-analysis Frameworks”
Fiona E. Leach Practising Gender Analysis in Education
Dr.Ir.Herien
Puspitawati, Makalah Seminar; Analisis Gender Dalam Penelitian Bidang Ilmu
Keluarga(Bogor;2009)
Tim Penulis Pusat Studi
Wanita, Pengantar Kajian Gender,
(jakarta:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003)
[1] Tim
Penulis Pusat Studi Wanita, Pengantar
Kajian Gender, (jakarta:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h.159
[2]
Dr.Ir.Herien Puspitawati, Makalah Seminar; Analisis Gender Dalam Penelitian
Bidang Ilmu Keluarga(Bogor;2009), h.3
[4]
Dr.Ir.Herien Puspitawati, Makalah Seminar; Analisis Gender Dalam Penelitian
Bidang Ilmu Keluarga(Bogor;2009), h.5
LAYANAN PEMBIAYAAN LE-MERIDIA. perusahaan pinjaman yang memberi saya pinjaman 5.000.000,00 USD Ketika investor pinjaman lain mengabaikan tawaran saya, tetapi Le_Meridian Funding Service memberi saya pinjaman yang berhasil. Mereka langsung terlibat dalam pembiayaan pinjaman dan proyek dalam hal investasi. mereka memberikan solusi pembiayaan untuk perusahaan dan individu yang mencari akses ke dana pasar modal, mereka dapat membantu Anda mendanai proyek Anda atau memperluas bisnis Anda .. Email Kontak :::: lfdsloans@lemeridianfds.com Juga lfdsloans@outlook.com atau Tulis di nomor whatsapp pada 1- (989-394-3740) Good Intend,
BalasHapus