Senin, 02 Desember 2013

Makalah Analisis Gender

Analisis Gender
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Relasi Gender Dalam Agama-Agama
 Dosen Pembimbing:
Siti Nadroh 
Oleh:
Angga Marzuki (1110034000013)
M. Fadlurrohman (11100340000

FAKULTAS USHULUDDIN
JURUSAN TAFSIR-HADIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
A.    Definisi dan Konsep Analisis Gender
Analisis gender dapat diartikan sebagai alat analisis; yaitu konsep yang digunakan untuk mengenali adanya ketidakadilan dibalik perbedaan relasi sosial laki-laki dan perempuan, seperti diskriminasi, subordinasi, marginalisasi, violence, double burden[1].

Analisis gender dianggap sebagai analisis kritisi baru yang memfokuskan perhatiannya pada relasi sosial antara laki-laki dan perempuan, terutama pada ketidakadilan struktur dan sistem yang disebabkan oleh gender. Oleh karena itu alat analisis gender dapat dipahami sebagai konsep yang digunakan untuk mengenali adanya ketidakadilan dibalik perbedaan relasi sosial laki-laki dan perempuan.
Tugas utama analisis gender adalah memberi makna, konsep, sumsi, dan ideologi pada praktek hubungan baru antara kaum laki-laki dan perempuan, serta implikasinya terhadap kehidupan sosial yang lebih luas (mencakup aspek sosial, ekonomi, politik, dan kultural), yang tidak dilihat oleh teori ataupun oleh analisis sosial lainnya.
Kegunaan analisis gender adalah memberi dasar dalam melakukan transformasi sosial untuk mewujudkan tata kehidupan baru yang lebih baik, melalui relasi sosial baru yang lebih adil.
Analisis gender dapat diartikan sebagai proses menganalisis data dan informasi untuk mengindentifikasi, mengungkap kedudukan, fungsi, peran, dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan, faktor-faktor yang mempengaruhi serta dampak pembudayaannya dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Kegunaan analisis gender praksis ini adalah untuk menyusun dan menetapkan kebijakan atas program yang responsive gender sesuai situasi dan kondisi riil.


B.     Teknik-teknik Analisis Gender
Teknik analisis gender adalah suatu rangkaian proses kegiatan yang dimulai dari usaha untuk mengetahui latar belakang dan sebab-sebab terjadinya kesenjangan sampai pada upaya pemecahan masalah dan menyampaikan cara/langkah tindak untuk menghilangkan atau mengurangi adanya kesenjangan dan dalam rangka mencapai persamaan kedudukan dan peranan laki-laki dan perempuan.
Penggunaan teknik analisis gender ini harus disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Peranan majemuk dan kebutuhan gender, relevan dengan pendekatan moser. Pemberdayaan perempuan, relevan dengan pendekatan longwe. Profil gender, relevan dengan pendekatan harvard, dll.
Berikut adalah teknik-teknik analisis gender:
a.      Teknik Harvard
Kerangka Analisis Harvard, disebut juga Kerangka Analisis Peran Gender, adalah kerangka analisis gender yang dikembangkan oleh Harvard Institute for International Development, AS yang bekerjasama dengan USAID dan dipublikasikan tahun 1985 pada saat dimana sangat populer “pendekatan efisiensi” di era  Perempuan dalam Pembangunan (Women in Development). [2]
Tujuan dari kerangka analisis gender ini adalah untuk menunjukkan bahwa ada persoalan ekonomi dalam alokasi sumberdaya baik bagi perempuan maupun laki-laki.  Alat ini bertujuan untuk menolong para perencana program mendisain program atau proyek lebih efisien dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan yaitu dengan melakukan pemetaan peran dan sumber-sumber daya yang dimiliki perempuan dan laki-laki dalam komunitas dan dengan memberikan perhatian khusus pada perbedaan utamanya masing-masing.
Kerangka analisis gender Harvard lebih concern dengan membuat pembagian kerja gender (division of labour), peran dalam pengambilan keputusan, tingkat control atas sumberdaya yang kelihatan. 
Sebagai konsep dan alat, ini dibutuhkan data detail bagi perencanaan gender. Implikasi perencanaan program terhadap gender perempuan adalah diperlukan analisis yang menutupi bolong (gaps) pada level beban kerja, pengambilan keputusan dsb antara perempuan dan laki-laki.
Tiga data set utama yang diperlukan:
1.         Siapa melakukan apa, kapan, di mana, dan berapa banyak alokasi waktu yang diperlukan? Hal ini dikenal sebagai kontrol (seperti pembuatan kebijakan) atas sumber daya tertentu? Hal ini kerap dikenal dengan “Profil Akses dan Kontrol” Siapa yang memeliki akses dan kontrol atas “benefit” seperti produksi pangan, uang dsb?
2.         Faktor yang mempengaruhi perbedaan dalam pembagian kerja berbasis gender, serta akses dan kontrol yang ada pada “profil aktifitas” dan “profil akses dan kontrol”.
Tujuan dari alat analisis ini adalah:
•           Membedah alokasi sumberdaya ekonomis terhadap laki-laki dan perempuan
•           Membantu perencana proyek untuk lebih efisien dan meningkatan produtifitas secara keseluruhan
Tabel 1. Alat Profil Aktifitas
Aktifitas
Perempuan
Laki-laki
Aktifitas produksi
·         Pertanian
·         Livelihood
·         Pekerjaan
·         Peternakan
·         Perikanan
·         Dsb


Aktifitas reproduksi
·         Mengambil air
·         Pemenuhan energi KK
·         Penyiapan makanan
·         Menjaga anak
·         Kesehatan
·         Membersihkan rumah
·         Memperbaiki rumah
·         Belanja/jual di/ke Pasar


Catatan: Parameter lainnya perlu juga dilihat namun bergantung dari konteks:
·         Gender dan dominasi umur: indetifikasi yang lebih jelas soal perempuan dewasa, laki-laki dewasa, anak-anak, dan/atau orang tua yang melakukan aktifitas tertentu
·         Alokasi waktu: perlu dihitung prosentasi alokasi waktu untuk tiap aktifitas dan apakah dilakukan secara harian atau kadang-kadang?
·         Lokus aktifitas: perlu dilihat secara jeli di mana suatu kegiatan dilakukan supaya bisa melihat peta mobilitas penduduk.

Tabel 2. Profil Akses dan Kontrol atas sumber daya dan benefit

Akses
Kontrol
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Sumber daya
·         Tanah
·         Alat produksi
·         Tenaga kerja
·         Cash/uang
·         Pendidikan
·         Pelatihan
·         Tabungan
·         Dll




Benefit
·         Aset kepemilikan
·         Non pendapatan
·         Kebutuhan dasar
·         Pendidikan
·         Kekuasaan politis
·         Dll





Tabel 3. Faktor saling pengaruh antara “profil aktifitas” dan “profil akses dan kontrol”.
Faktor Pengaruh
Hambatan (constraints)
Kesempatan (opportunities)
Norma-norma dan hierarki sosial


Faktor demografi


Struktur kelembagaan


Faktor ekonomi


Faktor politik


Parameter hukum


Training


Sikap komunitas terhadap pihak luar spt LSM?


Dll



Kekuatan/keutamaan dari Kerangka Harvard:
·         Praktis dan mudah digunakan khususnya pada analisis mikro yakni level komunitas dan keluarga
·         Berguna untuk baseline informasi yang detail
·         Fokus pada hal-hal yang kasat mata, fakta objektif, fokus pada perbedaan gender dan bukan pada kesenjangan
·         Gampang dikomunikasikan pada pemula/awam
Keterbatasan:
·         Tidak ada fokus pada dinamika relasi kuasa dan kesenjangan (inequality)
·         Tidak efektif untuk sumberdaya yang tidak kasat mata seperti jaringan sosial dan sosial kapital
·         Terlalu menyederhanakan relasi gender yang kompleks, kehilangan aspek negosiasi, tawar-menawar dan pembagian peran.

b.      Teknik Moser
Dikembangkan oleh Caroline Moser[3] pada tahun 1980an dari Development Planning Unit, University of London. Latar Belakang lahirnya teknik ini salah satunya adalah pembangunan yang tidak adil dari perspektif gender, kelas dan kelompok etnis, perempuan dari kelompok pekerja miskin (umumnya berasal dari kelompok etnis tertentu) memikul 3 peran (manajemen produksi, reproduksi dan masyarakat). Teknik ini menyodorkan konsep kebutuhan praktis dan strategis. Bertujuan untuk meningkatkan akses dan kontrol untuk sumberdaya material (tangible) melalui organisasi masyarakat. Menitikberatkan pemberdayaan perempuan sebagai suatu proses pengorganisasian perempuan dan yang secara ketat membutuhkan konsep yang lebih tegas antara gender, kuasa dan negara. Rumah tangga dan masyarakat sebagai ruang lingkup institusional.[4]
Tiga konsep utama dari kerangka ini adalah:
Peran lipat tiga (triple roles) perempuan pada tiga aras
1.      :kerja reproduksi, kerja produktif dan kerja komunitas. Ini berguna untuk pemetaan pembagian kerja gender dan alokasi kerja[5]
2.      Berupaya untuk membedakan antara kebutuhan yang bersifat praktis dan strategis bagi perempuan dan laki-laki. Kebutuhan strategis berelasi dengan kebutuhan transformasi status dan posisi perempuan (spt subordinasi).
3.      Pendekatan analisis kebijakan – dari fokus pada kesejahteraan (welfare), Kesamaan (equity), anti kemiskinan, effisiensi dan pemberdayaan atau dari WID ke GAD.



Tabel 4: Tiga alat utama Kerangka Moser
Alat 1: Peran lipat tiga (triple roles) Perempuan
A. Kerja reproduksi perempuan

B. Kerja Produktif

C. Kerja komunitas
Alat 2: Gender need assessment
A. Kebutuhan/kepentingan praktis

B. Kebutuhan/kepentingan strategis
Alat 3: Gender Disaggregated data  - intra-household

Siapa mengotrol apa dan siapa yang memiliki kekuasaan atas pengambilan keputusan?
Kekuatan/Keutamaan Kerangka Moser:
·         Mampu melihat kesenjangan perempuan dan laki-laki
·         Penekanan pada seluruh aspek kerja di mana membuat peranan ganda perempuan terlihat
·         Menekankan dan mempertanyakan asumsi dibalik proyek-2 intervensi
·         Penekanan pada perbedaan antara memenuhi kebutuhan dasar-praktis dengan kebutuhan strategis

Keterbatasan/Kelemahan Kerangka Moser:
·         Fokus pada perempuan dan laki-laki dan tidak pada relasi sosial
·         Tidak menekanakan aspek lain dari kesenjangan spt akses atas sumber daya
·         Jika ditanyakan, perempuan akan mengidentifikasikan kebutuhan praktisnya. Menemukan ukuran-2 kebutuhan strategis sulit. Perubahan strategis adalah sebuah proses yang kompleks dan kontradiktif. Dalam prakteknya, sesuatu yang praktis dan strategis berkaitan erat.
·         Pendekatan kebijakan yang berbeda-2 bercampur dalam prakteknya
·         Kerja secara efektif lebih berfungsi sebagai alat analisis intervensi ketimbang perencanaan.
Table 5. Perkembangan Pendekatan Kebijakan Gender (dari Moser 1989)
Pendekatan kebijakan
Tujuan
Implementasi
Asumsi
Kesejahteraan (Welfare) 1950-1970, masih digunakan
Melibatkan perempuan dalam kegiatan pembangunan semata-mata sebagai “ibu yang lebih baik” dan ibu rumah tangga
Proyek-2 kesejahteraan social focus pada bantuan pangan, nutrisi spt. Ketrampilan masak yang lebih tinggi, dan proyek-2 KB
-Perempuan dilihat sebagai penyebab ketertinggalan
-peran pasif perempuan dalam penelitian pertanian, SDA dan pembangunan
-Tidak ada kaitan antara perempuan, gender dan isu strategis spt nutrisi, kesehatan dan pangan
Kesamaan (Equity)
1975-1985, sangat dipromosikan pada konferensi perempuan I
-upaya mensejajarkan perempuan dalam pembangunan
-mempromosikan perempuan sebagai peserta aktif dalam pembangunan
-menjawab masalah subordinasi perempuan dalam pembangunan
Asalinya dikenal dengan istilah ”Perempuan dalam pembangunan – WID/Women in Development” yang dipromosikan pada permulaan dekade Perempuan PBB dan ”Nairobi Forward Looking Strategies”
-pengakuan atas ”triple roles” perempuan dalam pembangunan pada ranah rumah tangga, ekonomi dan komunitas
-pengakuan bahwa perempuan memiliki hak-hak dasar tapi juga kebutuhan strategis
-penelitian pertanian dan SDA mulai mengakui peran lipat tiga dan kebutuhan strategis perempuan dalam pembangunan
-perempuan mulai dilihat sebagai korban pembangunan
Anti Kemiskinan
1970an
-untuk meningkatakan produktifitas perempuan miskin
-pengentasan kemiskinan melalui peningkatan produksi
Proyek-2 WID berubah fokus pada proyek-2 income generating  (IGA) skala kecil, proyek-2 kerajinan tangan adalah tipikal “proyek perempuan”
-Prioritas utama pada kerentanan dan marginalisasi ekonomi perempuan
-penelitian-2 pertanian dan pembangunan mulai konsentrasi pada IGA perempuan tapi belum melihat kepentingan strategis perempuan
Effisiensi
1980an
-mengentaskan kemiskinan dengan meningkatkan efisiensi dalam penelitian dan pembangunan
-meningkatkan partisipasi perempuan dalam penelitian dan pembangunan
-Proyek-2 WID berfokus pada proyek-2 sektoral seperti perempuan dan kehutanan, perempuan dan perikanan dsb.
-proyek-2 pembangunan masih berkutat pada pemenuhan kebutuhan dasar perempuan
-beberapa proyek mulai mengadopsi perspektif gender ketimbang berbicara semata tentang perempuan
-Perempuan diakui produktif dalam pertanian dan management SDA.
-perempuan dilihat sebagai solusi terhadap pembangunan; waktu mereka dilihat sebagai elastis
-relasi gender sebagai relasi kuasa belum dikenali
-Pengarusutamaan isu perempuan dan gender dalam pembangunan untuk efisiensi sumber daya proyek
Pemberdayaan
Akhir 1980an
-pemberdayaan perempuan melalui hak yang lebih besar untuk menentukan nasip sendiri
-sub-ordinasi sebagai akibat dari penindasan laki-2 tapi juga sistim yang meninda laki-2 terlebih perempuan
Gender dan pembangunan (GAD-gender and development) berfokus pada kebutuhan dasar dan strategis dan kerap dipisahkan.
-pengakuan bahwa walaupun fokus pada peran perempuan adalah penting, namun relasi dengan laki-2 dan seluruh sistim politik dan ekonomi adalah sangat penting
-Perempuan sebagai agen pembangunan dan agenda kolektif perempuan adalah penting
-Perlu dikaji ulang penelitian dan pembangunan

c.       Teknik Longwe
Sara Hlupekile Longwe memperkenalkan konsep isu-isu perempuan. Menurut definisinya, isu-isu perempuan adalah mengenai persamaan dengan laki-laki dalam setiap peran sosial dan ekonomi, dan mencakup setiap tingkat persamaan (kesejahteraan, akses, penyadaran, partisipasi, kontrol). Misalnya suatu isu menjadi isu perempuan ketika isu itu dilihat pada hubungan antara laki-laki dan perempuan, dan bukan hanya melihat  hal-hal yang berkaitan dengan peran gender tradisional perempuan dan peran gender yang distereotipekan jenis kelamin subordinat. Selain itu tingkat pemberdayaan perempuan menurut kerangka ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat di mana sasaran proyek benar-benar mempedulikan pembangunan perempuan berkenaan dengan apakah isu perempuan (sebagaimana didefinisikan di atas berkenaan dengan persamaan perempuan dengan laki-laki) diabaikan atau diakui. Dari sudut pandang ini mungkin sekali untuk mengidentifikasi tiga tingkat pengakuan isu perempuan yang berbeda dalam rancangan proyek.
Didesain oleh Sara Hlupekile Longwe, konsultan gender dan pembangunan di Zambia[6]. Metode untuk mengubah sikap, menjelaskan peran pemberdayaan pada proses pembangunan. Memikirkan bagaimana pemberdayaan perempuan dan makna persamaan dalam praktek serta seberapa jauh suatu intervensi akan mendukung pemberdayaan. Pemberdayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang memungkinkan perempuan mengambil tempat yang sama dengan laki-laki, dan terlibat secara sama dalam proses pembangunan untuk mencapai kontrol atas faktor-faktor produksi di atas landasan yang sama dengan laki-laki.
Memiliki perspektif politik yang sangat kuat. Pembangunan berarti mengatasi ketidaksamaan perempuan dengan laki-laki dalam setiap bidang
Pembangunan didefinisikan sebagai kemungkinan seseorang/sekelompok orang keluar dari kemiskinan yang disebabkan karena penindasan dan eksploitasi.
Ada lima tingkat persamaan yang berbeda sebagai landasan kriteria untuk menilai tingkat pemberdayaan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan sosial atau ekonomi, dimulai dari yang paling rendah: kesejahteraan, akses, kesadaran, partisipasi, kontrol[7]. Tingkat persamaan ini berada dalam hubungan hirarkis, sehingga persamaan kontrol lebih penting ketimbang persamaan kesejahteraan. Tingkat persamaan yang lebih tinggi secara otomatis merupakan tingkat pembangunan dan pemberdayaan yang lebih tinggi. Misalnya partisipasi yang sama dalam proses pembuatan keputusan tentang sumberdaya tertentu adalah lebih penting berkenaan dengan pemberdayaan perempuan ketimbang akses yang sama terhadap sumberdaya, dan juga tidak sama pentingnya dengan kontrol yang sama.
d.      Teknik SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Treaths). Aspek Internal dan Eksternal tersebut dipertimbangkan dalam kaitan dengan konsep strategis dalam rangka menyusun program aksi, langkah-langkah/tindakan untuk mencapai sasaran maupun tujuan kegiatan dengan cara memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman sehingga dapat mengurangi resiko dan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan.




Contoh Tabel Analisis SWOT
Eksternal
Internal
Opportunity
Treaths

Strenght


Weakness




DAFTAR PUSTAKA
Candida March, Ines A. Smyth, Maitrayee Mukhopadhyay “A Guide to Gender-analysis Frameworks”
Fiona E. Leach Practising Gender Analysis in Education
Dr.Ir.Herien Puspitawati, Makalah Seminar; Analisis Gender Dalam Penelitian Bidang Ilmu Keluarga(Bogor;2009)
Tim Penulis Pusat Studi Wanita, Pengantar Kajian Gender, (jakarta:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003)



[1] Tim Penulis Pusat Studi Wanita, Pengantar Kajian Gender, (jakarta:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h.159
[2] Dr.Ir.Herien Puspitawati, Makalah Seminar; Analisis Gender Dalam Penelitian Bidang Ilmu Keluarga(Bogor;2009), h.3

[4] Dr.Ir.Herien Puspitawati, Makalah Seminar; Analisis Gender Dalam Penelitian Bidang Ilmu Keluarga(Bogor;2009), h.5

[5]   Candida March, Ines A. Smyth, Maitrayee MukhopadhyayA Guide to Gender-analysis Frameworks Hal.56


[6] Candida March, Ines A. Smyth, Maitrayee Mukhopadhyay “A Guide to Gender-analysis Frameworks” hal 92

[7] Fiona E. Leach Practising Gender Analysis in Education, hal 58


1 komentar:

  1. LAYANAN PEMBIAYAAN LE-MERIDIA. perusahaan pinjaman yang memberi saya pinjaman 5.000.000,00 USD Ketika investor pinjaman lain mengabaikan tawaran saya, tetapi Le_Meridian Funding Service memberi saya pinjaman yang berhasil. Mereka langsung terlibat dalam pembiayaan pinjaman dan proyek dalam hal investasi. mereka memberikan solusi pembiayaan untuk perusahaan dan individu yang mencari akses ke dana pasar modal, mereka dapat membantu Anda mendanai proyek Anda atau memperluas bisnis Anda .. Email Kontak :::: lfdsloans@lemeridianfds.com Juga lfdsloans@outlook.com atau Tulis di nomor whatsapp pada 1- (989-394-3740) Good Intend,

    BalasHapus